BAB
1
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Tuntutan ekonomi dan kebutuhan
rumahtangga seserorang mendorong untuk melakukan apapun untuk memenuhinya.
Mereka melakukan dengan sukarela oleh karena hanya itulah yang mereka lakukan.
Kurangnya skil dan lapangan pekerjaan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi. Apapun yang mereka lakukan adalah semata untuk menafkahi keluarga
demi kelangsungan hidup mereka. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan
berkembang dengan sangat pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru.
Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkan taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan
masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu
sadar
akan kedudukan ekonominya, sehingga mereka
mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap
sebagai masalah sosial, apabila perbedaan kedudukan ekonomi para warga
masyarakat ditentukan secara tegas.
Pada masyarakat
modern yang kompleks, kemiskinan menjadi masalah sosial karena sikap membenci
kemiskinan tersebut. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan,
pakaian, dan perumahan. Namun karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk
memenuhi taraf hidupnya yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar di
Indonesia, seperti Jakarta. Seseorang dianggap miskin karena tidak memiliki
radio, televisi, atau mobil. Sehingga lama kelamaan benda-benda sekunder
tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan sosial ekonomi seseorang, yaitu apakah
dia miskin atau kaya. Dengan demikian, persoalannya mungkin menjadi lain, yaitu
tidak adanya pembagian kekayaan yang merata.
b.
Rumusan
Masalah
-
Apakah
definisi tentang kemiskinan yang merupakan salah satu dari masalah sosial?
-
Apa yang
menyebabkan terjadinya kemiskinan dalam masyarakat?
-
Mangapa
kemiskinan termasuk dalam kategori masalah sosial?
-
Bagaimanakah
cara atau
langkah gereja untuk
mengatasi masalah kemiskinan?
c.
Batasan
Masalah
Batasan
materi kami adalah kepada Kaum miskin yang termarginalkan dalam masyarakat yang
adalah anggota gereja dan bagaiman peran gereja di dalamnya.
d.
Tujuan
penelitian:
-
sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas
penelitian lapangan mata kuliah “Berteologi dengan Ilmu Sosial”
-
Untuk memahami, mengerti, mempelajari
dan terjun langsung ke lapangan tentang masalah sosial yang terjadi dalam
masyarakat.
BAB
II
ISI
A.
Kajian
Teori :
Dalam setiap usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya senantiasa tidak terlepas dari benturan-benturan antara lain
nilai dan norma sosial dengan keterbatasan kemampuan dan sumber-sumber
kebutuhan yang diperebutkan. Jika nilai-nilai atau unsur-unsur kebudayaan pada
suatu waktu mengalami perubahan, dimana anggota-anggota masyarakat terasa terganggu
atau tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya melalui kebudayaan tadi, maka
timbul gejala-gejala sosial yang meresahkan masyarakat yang disebut dengan
masalah sosial. Masalah sosial dapat berupa kebutuhan-kebutuhan sosial maupun
biologis. Masalah sosial dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan pergaulan
dalam masyarakat, sedangkan kebutuhan biologis disebabkan kebutuhan-kebuuhan
biologis tersebut sulit atau tidak bisa lagi dipenuhi, seperti kebutuhan makan,
minum, dan sebagainya.
Menurut pendapat Harold A. Phelps dalam
Abdulsyani (1994:183), ada 4 sumber timbulnya masalah sosial, yaitu:
1. Yang berasal dari faktor-faktor ekonomis,antara lain termasuk
kemiskinan dan pengangguran.
2. Yang berasal dari faktor-faktor biologis, antara lain meliputi
penyakit jasmani dan cacat.
3. Yang berasal dari faktor-faktor psikologis, seperti sakit saraf,
jiwa, lemah ingatan, sukar menyesuaikan
diri, dan bunuh diri.
4. Yang berasal dari faktor-faktor kebudayaan, seperti masalah-masalah
umur tua, tidak punya tempat kediaman, janda perceraian, kejahatan dan
kenakalan anak muda, serta perselisihan-perselisihan agama, suku dan ras.
Faktor-
faktor yang lainnya adalah sebagai berikut:
-
Politik,
Secara politik, mereka
dijadikan sebagi alat untuk menunjukkan eksistensi dunia politik. Tak jarang
banyak partai politik yang sengaja mencari popularitas terhadap kaum miskin
dengan janji-janji politik untuk menolong kaum miskin. Dalam hal visi dan misi
untuk mensejahterakan masyarakat miskin, tetapi realisasinya hanya orang tertentu
yang menikmati bahkan hanya sekedar kepentingan politik.
-
Ekonomi,
Keadaan ekonomi sangat
lemah dan terpuruk.
-
Budaya,
Dalam
budaya, yang termasuk kedalam orang miskin/ termarginalkan memiliki status
sosial yang rendah di kalangan masyarakat. Sehingga mereka di pandang sebagai
orang yang hanya menjadi suruhan saja dalam masyarakat. Tidak boleh mengambil
bagian penting baik itu dalam masyarakat sendiri, lembaga pemerintah, sekolah,
dan bahkan dalam gereja pun kadang dipandang sebelah mata. Adanya stata sosial
dalam masyarakat yang menjadi sekat pemisah untuk menentukan perkembangan
ekonomi masyarakat.
B.
Kajian
Teologi
Yesus datang ke
dunia ini untuk orang miskin dan terpinggirkan. Ia membawa berita pembebasan
kepada orang yang diabaikan, termarginalkan, yang lemah, dan tak berdaya. Dia
memberdayakan mereka.
Dalam PL orang miskin digambarkan dalam Kelompok Anawim, kaum miskin
yang hanya mengandalkan kepada Allah saja. Sikap
pasrah, sikap mengadalkan hidupnya
pada Allah saja, tidak terlepas dari penderitaan yang mereka
Alami. Mereka betul-betul miskin material dan fisik.
Allah berbelas kasihan kepada orang-orang
miskin, orang-orang lemah, anak yatim piatu, para janda dan
pengungsi.
Dalam PB, hidup Tuhan Yesus untuk kaum miskin.
“Roh Tuhan ada di atas-Ku, oleh
sebab itu Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan
kabar baik kepada orang miskin;
dan Ia telah mengurtus Aku untuk memberikan pembebasan bagi orang-orang tahanan, dan penglihatan
kepada orang buta, untuk
membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan bahwa
tahun kesukaan Tuhan telah datang” (Luk 4:18-19) Gambaran mengasihi tampak bukan kepada orang
Levi yang dianggap suci oleh masyarakat,
tetapi orang Samaria yang dianggap kafir, yang menunjukkan belas kasih. Mencintai Sesama berarti menjadi
sesama bagi orang yang setengah
mati, tak berdaya, tanpa pertolongan. Preferential option (love)
for the poor, tidak lain adalah mewujudkan, mencintai
sesama sebagaimana Yesus mencintai. Gambaran lain adalah munculnya kesadaran Zakheus
setelah betemu Yesus (Luk 19:1-10) yang bebagi kepada
yang miskin.
Pada zaman PB bermacam-macam pajak yang sangat memberatkan dibebankan
atas Bangsa Yahudi. Sementara banyak orang dalam kesukaran ekonomi yang parah,
orang lain menggeruk keuntungan besar melalui kerjasama dengan pemerintah
Romawi, Orang Saduki yang sekular pada umumnya kaya, demikian pila para
pemungut cukai. Yesus memang berasal dari keluarga yang miskin (Luk 2:24), tapi
tidak ada alasan untuk menduga bahwa Ia hidup dalam kemiskinan yang hina. Injil
hadir untuk mereka yang miskin (Luk 4:18; 7:22). Merekalah yang pertama-tama
diberkati dan diberi jaminan akan pemilikan Kerajaan Allah (Luk6:20), jika
kemiskinan mereka merupakan pengakuan kebobrokan rohani (mat 5:3).
BAB
III
PENELITIAN
LAPANGAN
DAN
ANALISA SOSIAL
A.
Penelitian
Lapangan
1.
Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penulis
mengambil sampel di lokasi Bebo’, Kelurahan Bebo’ Kecamatan Sangalla’ Utara,
Kab. Tana Toraja, tepatnya di sebuah Jemaat, Gereja Toraja Jemaat Sarfat
Imanuel Bebo’, Klasis Sangalla’. Di jemaat ini terdapat sekitar 34 KK, yang
anggota Jemaatnya kurang lebih 100 Jiwa anggota sidi dewasa. Kondisi ekonomi
jemaat jika dilihat dari pekerjaan anggota jemaat, hampir 90 % anggota jemaat
berprofesi sebagai petani, selebihnya adalah PNS dan wiraswasta. Pendidikan
terakhir anggota jemaat: Tidak sekolah: 30%, SD-SMA: 60%, D2-S1: 10%.
2.
Sampel dari Beberapa Responden
Responden
1 : NN1
-
Jenis Kelamin : Perempuan
-
Umur : 45 Tahun
-
Profesi :
Petani, Buruh Tani
-
Status dalam keluarga : Ibu rumah tangga
-
Jumlah anak : 6
Orang (Perempuan 3 orng, Laki-laki 3 orng)
-
Jumlah cucu : 3
orang
-
Menantu :
3 orng
Aktivitas
sehari-hari tidak menentu kadang sebagai petani, buruh tani, dan penjual sayur.
Penghasilannya tidak menentu tergantung penjualan untung per minggu mulai dari
100rb-500rb. Pendidikan terakhir yang didapatkan adalah SMA
Responden
2: : NN2
-
Jenis Kelamin : Perempuan
-
Umur : 59 Tahun
-
Profesi :
Petani, Buruh Tani
-
Status dalam keluarga : Ibu rumah tangga
-
Jumlah anak : 3
Orang (Perempuan 2 orang, Laki-laki 1 orang)
-
Jumlah cucu : 2
orang
-
Menantu :
1 orang
Aktivitas
sehari-hari tidak menentu kadang sebagai petani, dan buruh tani. Penghasilannya
tidak menentu karena tidak ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, dia hanya
melakukan aktivitas sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
(mengambil bahan makan, makanan babi, pelihara babi dan ayam kampung). Untuk
penghasilan material, dia hanya mengharapkan kiriman uang dari anaknya. Pendidikan
terakhir yang didapatkan adalah SMA sederajat.
Beberapa
Responden yang memiliki profesi yang sama
B.
Analisa
1.
Pengaruh
Masyarakat Sekitar
Masalah
kemiskinan yang terjadi akan menimbulkan dampak atau akibat yang dapat terjadi
yaitu meningkatnya tingkat kriminalitas. Kriminalitas yang sering terjadi
antara lain adalah pencurian, pencopetan, perampokan, dan lain-lain. Alasan
mereka melakukan hal itu adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena
mereka tidak mempunyai penghasilan untuk mencukupi kebutuhannya. Seseorang
cenderung melakukan apa saja jika terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baik itu dengan cara halal maupun tidak. Sehingga tingkat kriminalitas di
kota-kota besar meningkat.
Sementara
tingkat SDM atau pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat miskin yang semakin
menurun, dapat disebabkan karena mereka sulit untuk bersekolah atau menyekolah
anak mereka (sebagai orang tua), sehingga pendidikan mereka pun tidak jauh
berbeda dengan orang tua mereka. Padahal pemerintah juga telah banyak
menetapkan peraturan dan program-program yang bertujuan untuk mengentaskan
kemiskinan dan agar masyarakat miskin masih tetap bisa bersekolah atau menerima
pendidikan hingga di Perguruan Tinggi sekalipun. Namun mungkin semua itu tetap
terjadi karena beberapa di antara bantuan yang diberikan kepada masyarakat
miskin tidak tepat sasaran.
2.
Tanggapan
Gereja
Gereja
menanggapi secara serius tentang kemiskinan dalam mayarakat, terutama pada
anggota jemaat. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh gereja dalam
mengurangi angka kemiskinan dalam jemaat yaitu membuat program sebagai berikut:
-
Memberikan
bantuan diakonia karitatif kepada yang
tidak mampu.
Yang
menerima diakonia adalah anggota diakonia yang telah ditetapkan oleh Majelis
Jemaat. Anggota diakonia alah benar-benar orang yang tidak dapat melakukan
aktifitas untuk mencari pekerjaan.
-
Memberikan
pembinaan ekonomi kreatif
Memberdayakan
dan memberikan pembinaan kepada anggota jemaat dalam bidang pertanian,
perkebunan, peternakan, dan perikanan. Dalam bidang pertanian dan perkebunan,
Gereja bekerja sama dengan Motivator Gereja Toraja untuk mengembangkan metode
pertanian Organik. Dimana semua pupuk dan pestisida yang digunakan adalah
berbahan organik (non kimia). Juga teknik pertanian dengan menggunakan
pekarangan rumah sebagai kebun sayur dengan memberikan plastik polibag dan
menggunakan ember bekas, karung semen, dll sebagai wadah untuk menanam tomat,
lombok, sayur kangkung, sawi, timun dan lain sebagainya. Harga sayur organik
ini di pasaran dua kali lipat dari sayur biasa. Pemasaran yang mudah dan banyak
yang mencari sayur organik, terutama pada kalangan dokter, PNS, dan Pengusaha
lainnya. Dalam bidang peternakan dan perikanan, diberikan pembinaan tentang
bagaimana beternak babi dengan baik dan benar. Hanya dalam 6 bulan babi sudah
bisa di jual dengan harga yang mahal. 1 ekor babi bisa mencapai 3 juta per
ekornya. Dalam perikanan, diberikan pembinaan untuk mengembangkan ikan Nila dan
Ikan Mas dengan baik dan benar. Juga bagaimana mengefisienkan tempat yang
sempit untuk memelihara ikan lele Sangkuriang dengan baik dan tepat. Sesudah
mengikuti pembinaan, gereja memberikan
anggota jemaat pinjaman modal usaha bagi yang sungguh-sungguh berusaha. Tetapi
ada juga yang menggunakan modal pribadi untuk mengembangkan usahanya.