Wednesday, May 24, 2017

Toleransi yang Masih Terpelihara Di Toraja


Kemarin Tanggal 23 Mei 2017 adalah hari dimana masyarakat Kelurahan Bebo’ melaksanakan pembuatan pemondokan untuk kegiatan Pengurapan Calon Pendeta Obil Suba, S.Th menjadi pendeta Gereja Toraja Ke-1022 di Jemaat Pniel Bebo’ dan Jemaat Sarfat Imanuel Bebo’. Dalam mendukung panitia pengurapan Pendeta Gereja Toraja di Bebo’, mereka telah melaksanakan salah satu kegiatan panitia yaitu pemondokan. Pemondokan ini dilaksanakan oleh semua golongan masyarakat dan golongan agama, baik dari Agama Katolik, Alukta, dan Protestan sendiri turut bahu-membahu mengerjakan sehingga perkerjaan cepat selesai. Meskipun kegiatan adakan dilaksanakan tiga hari kedepan.


Kelurahan Bebo’ adalah salah satu kelurahan yang ada di dalam lingkup Kecamatan Sangalla’ Utara, Kabupaten Tana Toraja. Bebo’ terkenal sebagai desa wisata sehingga turis mancanegara bisa kita jumpai disepanjang jalan poros Bebo’-Tumbang Datu yang sedang menikmati alam sekitar. Tidak kalah penting, salah satu daerah di Sangalla’ bahkan Tallu Lembangna yang masyarakatnya ada yang masih menganut agama suku yaitu Alukta. Di Bebo’ juga terdapat Gereja Katolik dan Gereja Toraja (Jemaat Pniel Bebo’ dan Jemaat Sarfat Imanuel Bebo’). Bebo’ juga diidentikkan dengan Pangi karena salah satu penghasil Pangi yang bagus.



Masyarakat Bebo’ masih menjunjung tinggi adat dan aluk  dalam seluruh aspek kehidupan, merupakan sendi kehidupan masyarakatnya. Kebersamaan masih sangat kental di sini karena adanya hubungan rara buku / pa’rapuan (rara=darah, buku=tulang artinya hubungan darah atau keluarga) yang menjadi pemersatu. Selain hubungan itu, mereka juga mempunyai prinsip bahwa manusia adalah mahkluk sosial yang membutuhkan orang lain atau sesama dalam hidup ini, karenanya isu SARA tidak mempunyai pengaruh yang kuat untuk “mengotak-kotakkan” mereka. Sehingga toleransi terbangun dan tertenun dari generasi ke generasi yang menghasilkan gotong royong yang luar biasa.




Toleransi ini perlu dicontoh untuk membangun tenggang rasa dan gotong royong yang masih terpelihara sampai saat ini. Harapan kedepan, semoga Toraja tetap damai dengan rasa gotong royong yang tinggi, jauh dari paham radikalisme yang memecah-belah Toraja terlebih Negara kita Indonesia. Semangat Gotong Royong, Meoli Komi Toraya!!!

*NB: Edisi belajar menulis, mohon kritik, masukan dan saran. Kurre Sumanga’
luar biasa.


Monday, May 8, 2017

Makalah Penelitian Berteologi dengan Ilmu Sosial

BAB 1
PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Tuntutan ekonomi dan kebutuhan rumahtangga seserorang mendorong untuk melakukan apapun untuk memenuhinya. Mereka melakukan dengan sukarela oleh karena hanya itulah yang mereka lakukan. Kurangnya skil dan lapangan pekerjaan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi. Apapun yang mereka lakukan adalah semata untuk menafkahi keluarga demi kelangsungan hidup mereka. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang dengan sangat pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkan taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan ekonominya, sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial, apabila perbedaan kedudukan ekonomi para warga masyarakat ditentukan secara tegas.
Pada masyarakat modern yang kompleks, kemiskinan menjadi masalah sosial karena sikap membenci kemiskinan tersebut. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian, dan perumahan. Namun karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf hidupnya yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Seseorang dianggap miskin karena tidak memiliki radio, televisi, atau mobil. Sehingga lama kelamaan benda-benda sekunder tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan sosial ekonomi seseorang, yaitu apakah dia miskin atau kaya. Dengan demikian, persoalannya mungkin menjadi lain, yaitu tidak adanya pembagian kekayaan yang merata.

b.      Rumusan Masalah
-          Apakah definisi tentang kemiskinan yang merupakan salah satu dari masalah sosial?
-          Apa yang menyebabkan terjadinya kemiskinan dalam masyarakat?
-          Mangapa kemiskinan termasuk dalam kategori masalah sosial?
-          Bagaimanakah cara atau langkah gereja untuk mengatasi masalah kemiskinan?

c.       Batasan Masalah
Batasan materi kami adalah kepada Kaum miskin yang termarginalkan dalam masyarakat yang adalah anggota gereja dan bagaiman peran gereja di dalamnya.
d.      Tujuan penelitian:
-          sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas penelitian lapangan mata kuliah “Berteologi dengan Ilmu Sosial”
-          Untuk memahami, mengerti, mempelajari dan terjun langsung ke lapangan tentang masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat.


BAB II
ISI
A.    Kajian Teori :
Dalam setiap usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya senantiasa tidak terlepas dari benturan-benturan antara lain nilai dan norma sosial dengan keterbatasan kemampuan dan sumber-sumber kebutuhan yang diperebutkan. Jika nilai-nilai atau unsur-unsur kebudayaan pada suatu waktu mengalami perubahan, dimana anggota-anggota masyarakat terasa terganggu atau tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya melalui kebudayaan tadi, maka timbul gejala-gejala sosial yang meresahkan masyarakat yang disebut dengan masalah sosial. Masalah sosial dapat berupa kebutuhan-kebutuhan sosial maupun biologis. Masalah sosial dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan pergaulan dalam masyarakat, sedangkan kebutuhan biologis disebabkan kebutuhan-kebuuhan biologis tersebut sulit atau tidak bisa lagi dipenuhi, seperti kebutuhan makan, minum, dan sebagainya.
Menurut pendapat Harold A. Phelps dalam Abdulsyani (1994:183), ada 4 sumber timbulnya masalah sosial, yaitu:
1.    Yang berasal dari faktor-faktor ekonomis,antara lain termasuk kemiskinan dan pengangguran.
2.    Yang berasal dari faktor-faktor biologis, antara lain meliputi penyakit jasmani dan cacat.
3.    Yang berasal dari faktor-faktor psikologis, seperti sakit saraf, jiwa, lemah ingatan, sukar menyesuaikan diri, dan bunuh diri.
4.    Yang berasal dari faktor-faktor kebudayaan, seperti masalah-masalah umur tua, tidak punya tempat kediaman, janda perceraian, kejahatan dan kenakalan anak muda, serta perselisihan-perselisihan agama, suku dan ras.

Faktor- faktor yang lainnya adalah sebagai berikut:
-          Politik,
Secara politik, mereka dijadikan sebagi alat untuk menunjukkan eksistensi dunia politik. Tak jarang banyak partai politik yang sengaja mencari popularitas terhadap kaum miskin dengan janji-janji politik untuk menolong kaum miskin. Dalam hal visi dan misi untuk mensejahterakan masyarakat miskin, tetapi realisasinya hanya orang tertentu yang menikmati bahkan hanya sekedar kepentingan politik.
-          Ekonomi,
Keadaan ekonomi sangat lemah dan terpuruk.
-          Budaya,
Dalam budaya, yang termasuk kedalam orang miskin/ termarginalkan memiliki status sosial yang rendah di kalangan masyarakat. Sehingga mereka di pandang sebagai orang yang hanya menjadi suruhan saja dalam masyarakat. Tidak boleh mengambil bagian penting baik itu dalam masyarakat sendiri, lembaga pemerintah, sekolah, dan bahkan dalam gereja pun kadang dipandang sebelah mata. Adanya stata sosial dalam masyarakat yang menjadi sekat pemisah untuk menentukan perkembangan ekonomi masyarakat.

B.     Kajian Teologi
Yesus datang ke dunia ini untuk orang miskin dan terpinggirkan. Ia membawa berita pembebasan kepada orang yang diabaikan, termarginalkan, yang lemah, dan tak berdaya. Dia memberdayakan mereka.
Dalam PL orang miskin digambarkan dalam Kelompok Anawim, kaum miskin yang hanya mengandalkan kepada Allah saja. Sikap pasrah, sikap mengadalkan hidupnya pada Allah saja, tidak terlepas dari penderitaan yang mereka Alami. Mereka betul-betul miskin material dan fisik. Allah berbelas kasihan kepada orang-orang miskin, orang-orang lemah, anak yatim piatu, para janda dan pengungsi.
Dalam PB, hidup Tuhan Yesus untuk kaum miskin. “Roh Tuhan ada di atas-Ku, oleh sebab itu Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin; dan Ia telah mengurtus Aku untuk memberikan pembebasan bagi orang-orang tahanan, dan penglihatan kepada orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan bahwa
tahun kesukaan Tuhan telah datang” (Luk 4:18-19) Gambaran mengasihi tampak bukan kepada orang Levi yang dianggap suci oleh masyarakat, tetapi orang Samaria yang dianggap kafir, yang menunjukkan belas kasih. Mencintai Sesama berarti menjadi sesama bagi orang yang setengah mati, tak berdaya, tanpa pertolongan. Preferential option (love) for the poor, tidak lain adalah mewujudkan, mencintai sesama sebagaimana Yesus mencintai. Gambaran lain adalah munculnya kesadaran Zakheus setelah betemu Yesus (Luk 19:1-10) yang bebagi kepada yang miskin.
Pada zaman PB bermacam-macam pajak yang sangat memberatkan dibebankan atas Bangsa Yahudi. Sementara banyak orang dalam kesukaran ekonomi yang parah, orang lain menggeruk keuntungan besar melalui kerjasama dengan pemerintah Romawi, Orang Saduki yang sekular pada umumnya kaya, demikian pila para pemungut cukai. Yesus memang berasal dari keluarga yang miskin (Luk 2:24), tapi tidak ada alasan untuk menduga bahwa Ia hidup dalam kemiskinan yang hina. Injil hadir untuk mereka yang miskin (Luk 4:18; 7:22). Merekalah yang pertama-tama diberkati dan diberi jaminan akan pemilikan Kerajaan Allah (Luk6:20), jika kemiskinan mereka merupakan pengakuan kebobrokan rohani (mat 5:3).

BAB III
PENELITIAN LAPANGAN
DAN ANALISA SOSIAL
A.    Penelitian Lapangan
1.        Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penulis mengambil sampel di lokasi Bebo’, Kelurahan Bebo’ Kecamatan Sangalla’ Utara, Kab. Tana Toraja, tepatnya di sebuah Jemaat, Gereja Toraja Jemaat Sarfat Imanuel Bebo’, Klasis Sangalla’. Di jemaat ini terdapat sekitar 34 KK, yang anggota Jemaatnya kurang lebih 100 Jiwa anggota sidi dewasa. Kondisi ekonomi jemaat jika dilihat dari pekerjaan anggota jemaat, hampir 90 % anggota jemaat berprofesi sebagai petani, selebihnya adalah PNS dan wiraswasta. Pendidikan terakhir anggota jemaat: Tidak sekolah: 30%, SD-SMA: 60%, D2-S1: 10%.
2.        Sampel dari Beberapa Responden
Responden 1                               : NN1
-          Jenis Kelamin                        : Perempuan
-          Umur                                     : 45 Tahun
-          Profesi                                   : Petani, Buruh Tani
-          Status dalam keluarga           : Ibu rumah tangga
-          Jumlah anak                          : 6 Orang (Perempuan 3 orng, Laki-laki 3 orng)
-          Jumlah cucu                          : 3 orang
-          Menantu                                : 3 orng
Aktivitas sehari-hari tidak menentu kadang sebagai petani, buruh tani, dan penjual sayur. Penghasilannya tidak menentu tergantung penjualan untung per minggu mulai dari 100rb-500rb. Pendidikan terakhir yang didapatkan adalah SMA

Responden 2:                              : NN2
-          Jenis Kelamin                        : Perempuan
-          Umur                                     : 59 Tahun
-          Profesi                                   : Petani, Buruh Tani
-          Status dalam keluarga           : Ibu rumah tangga
-          Jumlah anak                          : 3 Orang (Perempuan 2 orang, Laki-laki 1 orang)
-          Jumlah cucu                          : 2 orang
-          Menantu                                : 1 orang
Aktivitas sehari-hari tidak menentu kadang sebagai petani, dan buruh tani. Penghasilannya tidak menentu karena tidak ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, dia hanya melakukan aktivitas sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari (mengambil bahan makan, makanan babi, pelihara babi dan ayam kampung). Untuk penghasilan material, dia hanya mengharapkan kiriman uang dari anaknya. Pendidikan terakhir yang didapatkan adalah SMA sederajat.

Beberapa Responden yang memiliki profesi yang sama

B.     Analisa
1.      Pengaruh Masyarakat Sekitar
Masalah kemiskinan yang terjadi akan menimbulkan dampak atau akibat yang dapat terjadi yaitu meningkatnya tingkat kriminalitas. Kriminalitas yang sering terjadi antara lain adalah pencurian, pencopetan, perampokan, dan lain-lain. Alasan mereka melakukan hal itu adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena mereka tidak mempunyai penghasilan untuk mencukupi kebutuhannya. Seseorang cenderung melakukan apa saja jika terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik itu dengan cara halal maupun tidak. Sehingga tingkat kriminalitas di kota-kota besar meningkat.
Sementara tingkat SDM atau pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat miskin yang semakin menurun, dapat disebabkan karena mereka sulit untuk bersekolah atau menyekolah anak mereka (sebagai orang tua), sehingga pendidikan mereka pun tidak jauh berbeda dengan orang tua mereka. Padahal pemerintah juga telah banyak menetapkan peraturan dan program-program yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan agar masyarakat miskin masih tetap bisa bersekolah atau menerima pendidikan hingga di Perguruan Tinggi sekalipun. Namun mungkin semua itu tetap terjadi karena beberapa di antara bantuan yang diberikan kepada masyarakat miskin tidak tepat sasaran.
  
2.      Tanggapan Gereja
Gereja menanggapi secara serius tentang kemiskinan dalam mayarakat, terutama pada anggota jemaat. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh gereja dalam mengurangi angka kemiskinan dalam jemaat yaitu membuat program sebagai berikut:
-          Memberikan bantuan diakonia karitatif  kepada yang tidak mampu.
Yang menerima diakonia adalah anggota diakonia yang telah ditetapkan oleh Majelis Jemaat. Anggota diakonia alah benar-benar orang yang tidak dapat melakukan aktifitas untuk mencari pekerjaan.
-          Memberikan pembinaan ekonomi kreatif
Memberdayakan dan memberikan pembinaan kepada anggota jemaat dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Dalam bidang pertanian dan perkebunan, Gereja bekerja sama dengan Motivator Gereja Toraja untuk mengembangkan metode pertanian Organik. Dimana semua pupuk dan pestisida yang digunakan adalah berbahan organik (non kimia). Juga teknik pertanian dengan menggunakan pekarangan rumah sebagai kebun sayur dengan memberikan plastik polibag dan menggunakan ember bekas, karung semen, dll sebagai wadah untuk menanam tomat, lombok, sayur kangkung, sawi, timun dan lain sebagainya. Harga sayur organik ini di pasaran dua kali lipat dari sayur biasa. Pemasaran yang mudah dan banyak yang mencari sayur organik, terutama pada kalangan dokter, PNS, dan Pengusaha lainnya. Dalam bidang peternakan dan perikanan, diberikan pembinaan tentang bagaimana beternak babi dengan baik dan benar. Hanya dalam 6 bulan babi sudah bisa di jual dengan harga yang mahal. 1 ekor babi bisa mencapai 3 juta per ekornya. Dalam perikanan, diberikan pembinaan untuk mengembangkan ikan Nila dan Ikan Mas dengan baik dan benar. Juga bagaimana mengefisienkan tempat yang sempit untuk memelihara ikan lele Sangkuriang dengan baik dan tepat. Sesudah mengikuti pembinaan, gereja  memberikan anggota jemaat pinjaman modal usaha bagi yang sungguh-sungguh berusaha. Tetapi ada juga yang menggunakan modal pribadi untuk mengembangkan usahanya.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Masalah kemiskinan adalah masalah kita bersama, dengan bersama-sama untuk dikurangi. Sebagai masalah sosial, kemiskinan harus segera diatasi. Untuk mengatasi ini pemerintah, masyarakat, dan gereja haruslah bekerja sama dengan baik. Kerja sama ini harus diiringi oleh kemauan dari yang bersangkutan untuk mau “move on” dari keadaan yang lama dan masuk ke dalam keadaan yang baru yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Adanya usaha dari ketiga elemen ini dan kemauan dari masyarakat yang miskin akan mengurangi dampak kemiskinan.
2.      Saran
Masalah Kemiskinan adalah hal yang sangat sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, diperlukan keberanian dan upaya yang sungguh-sungguh. Baik dari pemerhati, maupun dari responden yang akan meningkatkan ekonominya.


Daftar Pustaka:
1.      Banawiratma, Sj dan Muller, SJ  Berteologi Sosial Lintas Ilmu. Kemiskinan Sebagai Tantangan Hidup Beriman. Kanisius, Yogyakarta 1995
2.      ----------------, Alkitab Edisi Studi, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Jakarta 2010.
3.      -----------------, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II: M-Z, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta 2005.
4.      -----------------, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta 2001.

5.      http.www.google.com/masalahkemiskinandalammasyarakat/php/id, diakses pada hari minggu 1 Mei 2016, pkl: 21.00 wita.

Torajaku Part 1 "Ma' Gellu'"



Tarian Toraja "Ma' Gellu'" adalah suatu tarian yang diadakan dalam acara aluk rambu tuka'Aluk rambu tuka’ berasal darikata aluk artinya aturan/agama, rambu artinya asap/cahaya sinar, dan tuka’ artinya naik, atau biasa dikenal aluk rampe matallo (aluk sebelah/bagian Timur) adalah upacara yang dilakukan pada sebelah Timur dari rumah atau Tongkonan yang pelaksanaannya waktu matahari mulai naik, dengan kata lain upacara selamatan dan kehidupan manusia/upacara pengucapan syukur.

Mengenal Klasis Parandangan Sebagai Tuan Rumah KamNas Remaja II SMGT

Klasis Parandangan adalah salah satu Klasis yang berada dalam lingkup pelayanan BPS Wilayah II Rantepao. Klasis Parandangan terdiri da...