Monday, October 30, 2017

Selain Kopi, Kualitas Kakao Toraja Juga Baik

Kopi Toraja terkenal dengan rasa kopinya yang khas dan sudah lama mendunia. Kopi khas Toraja selalu dicari-cari oleh penikmat kopi baik itu orang yang berada di Toraja sendiri, perantau Toraja, masyarakat Indonesia bahkan sampai luar Negeri. Namun selain Kopi, orang Toraja juga menanam Kakao. Buah Kakao atau buah coklat tidaklah begitu asing bagi sebagian besar orang Toraja yang tinggal di Toraja. Pohonnya biasa dapat tumbuh di kebun atau bahkan di sekitar pekarangan rumah.

Biji kakao (Theobroma cacao) merupakan bahan dasar dari pembuatan coklat. Buah kakao memiliki kulit yang tebal, sekitar 1-3 cm. Setiap buah kakao mengandung biji sebanyak 30-50 biji. Warna biji sebelum proses fermentasi dan pengeringan adalah putih, dan lalu berubah menjadi keunguan atau merah kecoklatan.

Dinas Perkebunan Sulsel mencatat produksi 145.674 ton kakao pada tahun 2016. Produksi berasal dari 239.266 hektar lahan yang tersebar di 22 kabupaten/ kota. Kakao asal Sulsel diekspor ke Tiongkok, Jepang, India, Malaysia, Sri Lanka, dan India. Menurut Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulsel tahun 2015, Tana Toraja menghasilkan 1.295 ton Toraja Utara menghasilkan 1.434 ton.

Dari data yang saya peroleh ini kemudian saya berpikir bahwa Toraja mungkin bisa juga untuk membuat industri rumah tangga untuk mengolah biji Kakao ini menjadi olahan coklat. Biji Kakao dari kebun masyarakat Toraja termasuk biji Kakao yang berkualitas, namun minimnya pengetahuan tentang pengelolahan biji Kakao ini membuat mutu dan kualitasnya berkurang. Biji Kakao yang telah dipisahkan dari daging buahnya harus difermentasi selama 2-5 hari agar membuat aroma khas coklatnya keluar.

Mengelola biji Kakao menjadi coklat itu gampang-gampang susah, namun ini tergantung kemauan seseorang dan cara mengolahnyapun sederhana. Sumber dari Youtube tentang cara mengolah biji Kakao menjadi coklat banyak. Beginilah cara pengolahannya secara umum: Pertama setelah biji Kakao difermentasi, lalu dijemur sampai kering (kadar air 7%). Setelah itu sangrai sekitar 20 menit, lalu pisahkan kulit biji luarnya, lalu blender hingga halus. Kemudian rebus air, tambahkan gula secukupnya dan masukkan bubuk coklat. setelah mengental lalu diamkan hingga beku dalam freezer. Untuk informasi yang lengkap nonton saja di Youtube, ada banyak cara pengolahan, dari yang sederhana hingga yang modern.

Pemuda Toraja sangat berpotensi untuk melakukan usaha ini karena Toraja merupakan destinasi wisata yang sudah diminati banyak orang dan bahkan dunia. Mudah-mudahan ini menjadi motivasi bagi pemuda yang ada di Toraja untuk menjadi mandiri selalu berinofasi dan memberdayakan kekayaan alam agar menjadi sumber penghasilan.

Salama'...

Wednesday, October 25, 2017

Toleransi dalam Ma' Ta'da (Ma' Nene' Versi Bebo')


Berbicara tentang daerah ini tidak ada habis-habisnya. Selain keindahan alamnya, juga adat dan budayanya sangat unik. Masih ada beberapa masyarakatnya penganut agama suku Toraja di tempat ini, yaitu Aluk Todolo atau Alukta (untuk mengenal tentang Aluk Todolo klik di Sini)Di samping itu, masyarakatnya sangat menjunjung tinggi toleransi karena meskipun ini adalah Ritual Alukta mereka saling menghargai dan gotong royong untuk melaksanakannya, sehingga nilai pa'rapuan (kekerabatan) sangat nampak di sini.

Ma' nene' adalah ritual Alukta untuk mengenang arwah nenek moyang yang dinamakan To membali Puang yang dilaksanakan pada saat selesai memanen padi tahunan. Kali ini fokus saya di Dulang. Secara geografis Dulang terletak diantara perbatasan Bokko dan lingkungan Kelurahan Bebo’, Kecamatan Sangalla’ Utara, Kabupaten Tana Toraja. Jarak dari kota Makale adalah sekitar 15 Km, yang dapat ditempuh dengan 15-20 menit perjalanan dengan motor atau mobil.


Ritual yang saya sempat saksikan yaitu ma' ta'da atau ma' pakande tomatua adalah ritual untuk mempersembahkan korban berupa sesajian (sambako, bolu, sirih, pinang, rokok), uang, dan makanan (daging mentah potongan kecil, daging masak, nasi, belundak, air putih, dan tuak). Persembahan ini tujuannya untuk meminta berkat dan kelancaran dalam segala hal (mencari pekerjaan, sekolah, dll) kepada Puang Matua, Deata, dan To Membali Puang



Tempat Ritual terbagi atas 4 (empat) bagian utama yaitu: Pertama: tempat untuk mempersiapkan belundak. Di sini keluarga besar datang untuk membantu pengerjaan persiapan untuk memasak makanan yang akan dipersembahkan dan dikonsumsi bersama setelah ritual selesai. Kedua: tempat memasak berupa tungku batu atau besi dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar. Ketiga: Tempat menyembelih babi dan tempat ma' piong (piong adalah bambu yang digunakan untuk memasak daging dengan cara memasukkan daging kedalam bambu lalu dibakar dengan api). Di tempat ini, sebelum memotong hewan, diletakkan sirih dan kapur di tempat pembakaran pa' piong. Keempat: Tempat pemujaan dan persembahan kurban, semua persembahan mengarah ke Barat. Tempat ini terbagi lagi dari beberapa tempat, tergantung dari jumlah rumpun keluarga yang mau melakukan ritual ini. Dari setiap tempat utama, dibagi lagi atas 3 (tiga) tempat, Misalkan ketika saya menyaksikan ini, ada 3 (tiga) tempat keluarga besar. Jenis persembahan atau sesajian keluarga pun berbeda, tergantung dari status sosial dari tempat persembahan. Jenis nasi atau belundak untuk status Puang berbeda dengan status sosial lainnya.


Ini adalah warisan leluhur Toraja yang perlu untuk dilestarikan karena mengandung nilai filosopi yang tinggi yaitu: Orang Toraja sangat menghargai tanah, alam, padi, dan hewan yang menjadi sumber penghasil bahan makanan (sang serekan). Orang Toraja sangat menjunjung tinggi nilai kekerabatan dalam keluarga besar dan juga nilai gotong royong dalam masyarakat. Orang Toraja sangat menghargai dan menghormati leluhur mereka, dan mungkin masih banyak lagi nilai yang dapat digali didalamnya.

Salama', Sang Torayan...
CB (11 Oktober 2017)

Mengenal Klasis Parandangan Sebagai Tuan Rumah KamNas Remaja II SMGT

Klasis Parandangan adalah salah satu Klasis yang berada dalam lingkup pelayanan BPS Wilayah II Rantepao. Klasis Parandangan terdiri da...