Wednesday, October 25, 2017

Toleransi dalam Ma' Ta'da (Ma' Nene' Versi Bebo')


Berbicara tentang daerah ini tidak ada habis-habisnya. Selain keindahan alamnya, juga adat dan budayanya sangat unik. Masih ada beberapa masyarakatnya penganut agama suku Toraja di tempat ini, yaitu Aluk Todolo atau Alukta (untuk mengenal tentang Aluk Todolo klik di Sini)Di samping itu, masyarakatnya sangat menjunjung tinggi toleransi karena meskipun ini adalah Ritual Alukta mereka saling menghargai dan gotong royong untuk melaksanakannya, sehingga nilai pa'rapuan (kekerabatan) sangat nampak di sini.

Ma' nene' adalah ritual Alukta untuk mengenang arwah nenek moyang yang dinamakan To membali Puang yang dilaksanakan pada saat selesai memanen padi tahunan. Kali ini fokus saya di Dulang. Secara geografis Dulang terletak diantara perbatasan Bokko dan lingkungan Kelurahan Bebo’, Kecamatan Sangalla’ Utara, Kabupaten Tana Toraja. Jarak dari kota Makale adalah sekitar 15 Km, yang dapat ditempuh dengan 15-20 menit perjalanan dengan motor atau mobil.


Ritual yang saya sempat saksikan yaitu ma' ta'da atau ma' pakande tomatua adalah ritual untuk mempersembahkan korban berupa sesajian (sambako, bolu, sirih, pinang, rokok), uang, dan makanan (daging mentah potongan kecil, daging masak, nasi, belundak, air putih, dan tuak). Persembahan ini tujuannya untuk meminta berkat dan kelancaran dalam segala hal (mencari pekerjaan, sekolah, dll) kepada Puang Matua, Deata, dan To Membali Puang



Tempat Ritual terbagi atas 4 (empat) bagian utama yaitu: Pertama: tempat untuk mempersiapkan belundak. Di sini keluarga besar datang untuk membantu pengerjaan persiapan untuk memasak makanan yang akan dipersembahkan dan dikonsumsi bersama setelah ritual selesai. Kedua: tempat memasak berupa tungku batu atau besi dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar. Ketiga: Tempat menyembelih babi dan tempat ma' piong (piong adalah bambu yang digunakan untuk memasak daging dengan cara memasukkan daging kedalam bambu lalu dibakar dengan api). Di tempat ini, sebelum memotong hewan, diletakkan sirih dan kapur di tempat pembakaran pa' piong. Keempat: Tempat pemujaan dan persembahan kurban, semua persembahan mengarah ke Barat. Tempat ini terbagi lagi dari beberapa tempat, tergantung dari jumlah rumpun keluarga yang mau melakukan ritual ini. Dari setiap tempat utama, dibagi lagi atas 3 (tiga) tempat, Misalkan ketika saya menyaksikan ini, ada 3 (tiga) tempat keluarga besar. Jenis persembahan atau sesajian keluarga pun berbeda, tergantung dari status sosial dari tempat persembahan. Jenis nasi atau belundak untuk status Puang berbeda dengan status sosial lainnya.


Ini adalah warisan leluhur Toraja yang perlu untuk dilestarikan karena mengandung nilai filosopi yang tinggi yaitu: Orang Toraja sangat menghargai tanah, alam, padi, dan hewan yang menjadi sumber penghasil bahan makanan (sang serekan). Orang Toraja sangat menjunjung tinggi nilai kekerabatan dalam keluarga besar dan juga nilai gotong royong dalam masyarakat. Orang Toraja sangat menghargai dan menghormati leluhur mereka, dan mungkin masih banyak lagi nilai yang dapat digali didalamnya.

Salama', Sang Torayan...
CB (11 Oktober 2017)

No comments:

Post a Comment

Mengenal Klasis Parandangan Sebagai Tuan Rumah KamNas Remaja II SMGT

Klasis Parandangan adalah salah satu Klasis yang berada dalam lingkup pelayanan BPS Wilayah II Rantepao. Klasis Parandangan terdiri da...